Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Gaza Israel Konflik Timur Tengah

    Terungkap, Israel Gunakan Data Palsu Publik, tapi Diam-diam Akui Mayoritas Korban Gaza adalah Sipil - Halaman all - TribunNews

    6 min read

      Dunia Internasional ,Konflik Timur Tengah ,

    Terungkap, Israel Gunakan Data Palsu Publik, tapi Diam-diam Akui Mayoritas Korban Gaza adalah Sipil - Halaman all - TribunNews



    TRIBUNNEWS.COM - Di balik narasi publik yang dibangun oleh pemerintah dan militer Israel, kebocoran data rahasia justru mengungkap kenyataan yang lebih gelap.

    Di mana data terungkap bahwa sebagian besar korban tewas akibat serangan Israel di Gaza bukanlah pejuang bersenjata, melainkan warga sipil biasa.

    Pengakuan ini justru datang dari data internal militer Israel sendiri.

    Sejak konflik antara Israel dan Hamas meletus pada Oktober 2023.

    Konflik ini terjadi akibat serangan besar-besaran israel yang telah menimbulkan korban jiwa yang masif di Jalur Gaza.

    Hingga Agustus 2025, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 62.100 warga Palestina tewas, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

    Namun angka-angka ini selama ini sering dibantah atau diragukan oleh pejabat Israel.

    Baru-baru ini, laporan investigasi gabungan dari The Guardian+972 Magazine, dan Local Call justru menemukan bahwa militer Israel diam-diam mengakui keakuratan angka-angka dari Kementerian Kesehatan Gaza.

    Tidak hanya itu, Israel juga mencatat sendiri bahwa dari 53.000 korban yang tercatat hingga Mei 2024, hanya sekitar 8.900 orang atau sekitar 17 persen yang diklasifikasikan sebagai pejuang Hamas atau Jihad Islam Palestina.

    Ini artinya, bahwa sekitar 83 persen korban tewas adalah warga sipil, dikutip dari Anadolu Ajansi, Jumat (22/8/2025).

    Angka tersebut diperoleh dari basis data rahasia yang disusun oleh intelijen militer Israel, berdasarkan data internal dari dokumen-dokumen yang disita dan operasi pengawasan di Gaza. 

    Baca juga: Warga Gaza Terus Dibombardir, Netanyahu Bicara Gencatan Senjata Sambil Rencanakan Serangan Baru

    Kebocoran ini mengungkap adanya kontradiksi tajam antara data yang diakui secara internal dan narasi resmi yang disebarluaskan ke publik dunia.

    Data Dibantah di Depan, Diakui di Dalam

    Ketika ditanya oleh wartawan mengenai data tersebut, militer Israel memberikan pernyataan yang kabur. 

    Mereka menyebut bahwa “angka-angka yang disajikan tidak benar” dan bahwa data tersebut “tidak mencerminkan sistem Pasukan Pertahanan Israel (IDF)”. 

    Namun, tidak ada klarifikasi tentang bagian mana dari data yang dibantah, atau sistem mana yang digunakan sebagai acuan.

    Lebih jauh lagi, sejumlah sumber intelijen yang diwawancarai media menyatakan bahwa terdapat praktik manipulasi data korban.

    Termasuk promosi “pasca-kematian” terhadap warga sipil menjadi “anggota Hamas”, untuk memperbesar statistik korban militan. “

    Itzhak Brik, pensiunan jenderal dan mantan penasihat Benjamin Netanyahu, juga mengecam kebohongan politikus Israel

    "Tidak ada hubungan sama sekali antara angka yang diumumkan dan apa yang sebenarnya terjadi. Itu hanya gertakan besar," ujarnya, dikutip dari The Guardian.

    Rasio Korban Sipil yang Mengejutkan Dunia

    Menurut Program Data Konflik Uppsala (UCDP), rasio korban sipil dalam konflik Gaza saat ini termasuk yang paling ekstrem dalam sejarah perang modern.

    Bahkan lebih tinggi dibandingkan konflik berdarah di Suriah, Sudan, bahkan pengepungan Mariupol oleh Rusia.

    Hanya genosida Rwanda dan pembantaian di Srebrenica yang memiliki proporsi korban sipil lebih besar.

    “Proporsi warga sipil di antara mereka yang tewas akan sangat tinggi, terutama karena hal ini telah berlangsung begitu lama,” ujar Therése Pettersson dari UCDP. 

    “Jika kita memilih satu kota atau pertempuran dalam konflik lain, kita bisa temukan angka serupa. Tapi secara keseluruhan, ini sangat jarang terjadi," tambahnya.

    Saat angka korban terus meningkat dan dokumen rahasia mulai terbuka ke publik, tekanan internasional terhadap Israel semakin besar. 

    Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Sementara itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dilayangkan oleh Afrika Selatan, dengan dukungan puluhan negara lainnya.

    (Tribunnews.com/Farra)

    Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

    Komentar
    Additional JS