PBB Nyatakan Gaza Kelaparan, Kasus Resmi Pertama di Timur Tengah - Halaman all - Serambinews

SERAMBINEWS.COM - Krisis pangan di Gaza kian memburuk.

Sistem pemantauan kelaparan global Integrated Food Security Phase Classification (IPC) resmi menaikkan status kelaparan di wilayah tersebut.

Peningkatan status ini menandakan kondisi kelaparan ekstrem, di mana banyak keluarga tak lagi mampu memenuhi kebutuhan pangan dasar.

Lantas, apa arti Fase 5 IPC dan seberapa parah situasi kelaparan di Gaza saat ini?

Diketahui untuk pertama kalinya, Kota Gaza dan area sekitarnya terkonfirmasi mengalami kelaparan berdasarkan laporan para ahli ketahanan pangan dari badan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Sistem pemantauan kelaparan global, Integrated Food Security Phase Classification (IPC), menaikkan klasifikasi kelaparan di Gaza ke Fase 5 fase tertinggi dan paling parah.

IPC merupakan inisiatif badan-badan PBB beserta sejumlah LSM internasional. IPC biasanya digunakan pemerintah dan badan-badan internasional untuk mengidentifikasi level kelaparan di seluruh dunia.

Laporan IPC menyatakan, lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza mengalami kondisi "bencana" akibat "kelaparan, kemiskinan, dan kematian". Israel mengeklaim laporan IPC itu berdasarkan kebohongan Hamas.

Di sisi lain, Israel juga terus membatasi jumlah bantuan yang bisa memasuki Gaza.

Baca juga: Gaza Dilanda Kelaparan Ekstrem, PBB Sebut Setengah Juta Nyawa Terancam

Sebelumnya, mereka juga membantah ada kelaparan di kawasan itu.

Bantahan ini bertolak belakang dengan laporan lebih dari 100 kelompok kemanusiaan dan saksi mata di lapangan, juga beberapa badan PBB lainnya. Laporan IPC terbaru ini menyatakan kelaparan di Gaza benar-benar akibat ulah manusia dan respons cepat dan besar sangat dibutuhkan. 

Jika tidak, akan ada eskalasi angka kematian akibat kelaparan yang tidak bisa diterima. Laporan itu juga menyebut kelaparan kali ini sebagai kemunduran paling parah sejak IPC mulai menganalisis kerawanan pangan dan malnutrisi di Gaza. Ini juga menjadi kali pertama kelaparan terkonfirmasi secara resmi di kawasan Timur Tengah.

IPC memprediksi bahwa antara pertengahan Agustus hingga akhir September, kelaparan akan meluas ke Deir Al Balah dan Khan Younis.

Selama periode ini, hampir sepertiga populasi atau sekitar 641.000 orang diperkirakan menghadapi kondisi parah dalam Fase 5 versi IPC, sedangkan orang yang terjebak di Fase 4 kemungkinan bertambah menjadi 1,14 juta. 

Baca juga: Noel Jadi Tersangka Korupsi Pertama di Kabinet Prabowo, Padahal Dulu Teriak Hukum Mati Koruptor

IPC tidak dapat mendeklarasikan kelaparan secara resmi. Deklarasi itu biasanya dilakukan pemerintah atau PBB. Menanggapi laporan itu, kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, menyatakan kelaparan itu sebenarnya bisa dicegah. Ia mengatakan, makanan tak bisa masuk ke kawasan Palestina karena penghancuran sistematis oleh Israel.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, "Ketika kata-kata saja tak bisa menggambarkan kehidupan bak neraka di Gaza, ada satu lagi kata tambahan: Kelaparan." "Ini bukan misteri. 

Ini adalah bencana yang dibuat manusia, penghinaan terhadap moral, dan kegagalan kemanusiaan." Ia juga menyatakan Israel memiliki "kewajiban di bawah hukum internasional termasuk kewajiban untuk memastikan pasokan makanan dan medis terhadap populasi di sana."

Laporan IPC ini dirilis saat Israel bersiap meluncurkan serangan militer terbaru untuk mengokupasi Kota Gaza. Militer Israel melancarkan serangan ke Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas ke selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan 251 lainnya disandera.

Sejak saat itu, setidaknya 62.122 orang tewas di Gaza, menurut data kementerian kesehatan di bawah Hamas. Kebanyakan populasi Gaza juga berulang kali kehilangan tempat tinggal. Lebih dari 90 persen rumah di Gaza diperkirakan rusak atau dihancurkan. Sementara itu, sistem kesehatan, air, sanitasi, dan kebersihan juga kolaps.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaza Dinyatakan Kelaparan, Kasus Resmi Pertama di Timur Tengah"