Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Gaza Konflik Timur Tengah PBB

    Gaza Dilanda Kelaparan Ekstrem, PBB Sebut Setengah Juta Nyawa Terancam - Halaman all - Serambinews

    9 min read

    Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah 

    Gaza Dilanda Kelaparan Ekstrem, PBB Sebut Setengah Juta Nyawa Terancam - Halaman all - Serambinews


    Dalam laporan tersebut, sebanyak 514.000 warga Palestina—hampir seperempat populasi Gaza—saat ini menghadapi kondisi kelaparan parah.

    SERAMBINEWS.COM - Gaza resmi dilanda kelaparan ekstrem, menurut laporan terbaru dari badan pangan global yang didukung PBB.

    Ini adalah pertama kalinya wilayah di Timur Tengah dinyatakan mengalami Fase 5 IPC—tingkat tertinggi dalam klasifikasi krisis pangan global.

    514.000 warga Palestina—hampir seperempat populasi Gaza—menghadapi kelaparan parah.

    Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 641.000 orang pada akhir September.

    Kota Gaza dan wilayah utara paling terdampak, dengan kelaparan diproyeksikan menyebar ke Deir al-Balah dan Khan Younis.

    Anak-anak dan ibu hamil mengalami lonjakan malnutrisi dan kematian akibat kekurangan gizi.

     Sejak Maret 2025, Israel memberlakukan blokade penuh terhadap Gaza, memutus pasokan makanan, obat-obatan, air bersih, dan bahan bakar.

    PBB menyebut krisis ini sebagai “bencana buatan manusia” dan menyerukan pencabutan blokade.

     Reaksi Dunia dan Kontroversi

    Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut kelaparan ini sebagai “dakwaan moral dan kegagalan kemanusiaan”.

    Israel membantah laporan PBB, menyebutnya sebagai propaganda Hamas yang “dicuci” melalui lembaga-lembaga internasional.

    Warga Gaza antre berjam-jam untuk mendapatkan makanan dari dapur umum.

    Banyak anak-anak meninggal karena kekurangan gizi akut, termasuk bayi berusia 3 bulan di Khan Younis.

    Bantuan internasional menumpuk di perbatasan, tapi tidak bisa masuk karena hambatan sistematis.

     Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menjadi panggilan mendesak bagi dunia untuk bertindak.

    Gaza resmi dilanda kelaparan setelah badan pemantau pangan global yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merilis laporan terbaru pada Jumat (22/8/2025).

    Dalam Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu atau Integrated Food Security Phase Classification (IPC), Gaza dinyatakan mengalami kelaparan ekstrem atau fase 5 pada Agustus 2025.

    IPC adalah sistem global yang menilai tingkat kerawanan pangan.

    Kelaparan ekstrem (fase 5) dalam sistem IPC adalah tingkat paling parah dari krisis pangan, yang secara resmi dikategorikan sebagai bencana kelaparan.

     Penetapan fase 5 dilakukan melalui analisis data ketahanan pangan, gizi, dan kematian yang didukung oleh PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan internasional seperti Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), UNICEF, Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Gaza menjadi wilayah pertama di Timur Tengah yang secara resmi dinyatakan mengalami kelaparan ekstrem dalam skala IPC.

    Sejak Maret 2025, Gaza mengalami blokade total oleh Israel yang menyebabkan pasokan makanan dan obat-obatan terputus.

    Kondisi ini memicu lonjakan malnutrisi, terutama pada anak-anak dan ibu hamil.

    PBB menyebut kelaparan ini sebagai bencana buatan manusia dan menyerukan pencabutan blokade.

    Meski bantuan internasional terus diupayakan, akses tetap terbatas dan situasi kemanusiaan semakin memburuk.

    Dalam laporan tersebut, sebanyak 514.000 warga Palestina—hampir seperempat populasi Gaza—saat ini menghadapi kondisi kelaparan parah.

    Angka itu diperkirakan melonjak menjadi 641.000 pada akhir September mendatang sehingga berpotensi menjadikan Gaza sebagai wilayah pertama di luar Afrika yang secara resmi dinyatakan mengalami kelaparan.

    PBB: Bencana Buatan Manusia

    Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut situasi di Gaza sebagai “bencana buatan manusia, dakwaan moral, dan kegagalan kemanusiaan itu sendiri.”

    Menurutnya, Israel sebagai kekuatan pendudukan memiliki “kewajiban hukum internasional untuk menjamin akses makanan dan obat-obatan bagi warga sipil.”

     Kepala Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Philippe Lazzarini menegaskan, peringatan soal ancaman kelaparan sudah berulang kali disampaikan sejak awal tahun.

    Namun, katanya, peringatan itu diabaikan hingga akhirnya bencana kelaparan resmi diumumkan.

    “Tidak ada lagi alasan. Waktunya bertindak bukan besok – tapi sekarang,” ujar Lazzarini, dikutip The Guardian (22/8/2025).

    UNRWA adalah Badan PBB khusus untuk pengungsi Palestina, menyediakan layanan pendidikan, kesehatan, bantuan darurat, dan perlindungan di Gaza dan wilayah sekitarnya

    Israel Bantah, Gaza Tegaskan Fakta Lapangan
    Pemerintah Israel menolak laporan tersebut.

    PM Benjamin Netanyahu menyebut temuan tersebut sebagai “kebohongan besar” dan menegaskan Israel tidak memiliki kebijakan kelaparan, dengan mengutip pengiriman bantuan ke Gaza.

    Namun, klaim itu dibantah pihak lokal.

    Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 2.000 warga tewas sejak Mei 2025 saat mencoba mendapatkan bantuan pangan, menyusul pembatasan distribusi yang semakin ketat.

    Hamas, Palestina, dan Dunia Arab Mengecam

    Kelompok Hamas juga menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Mereka menyerukan Dewan Keamanan PBB segera menghentikan blokade dan membuka penyeberangan untuk bantuan darurat.

    Kelompok Hamas adalah organisasi Islamis yang menguasai Gaza sejak 2007, memiliki sayap politik dan militer, terlibat dalam perlawanan terhadap Israel, dan menyediakan layanan sosial di Gaza.

    Sementara itu, Otoritas Palestina (PA) menyebut laporan tersebut menutup ruang spekulasi: kelaparan di Gaza kini fakta tak terbantahkan.

    PA mendesak mobilisasi internasional besar-besaran guna menghentikan perang dan memastikan bantuan masuk tanpa hambatan.

    Otoritas Palestina (PA) merupakan pemerintahan sementara yang dibentuk melalui Perjanjian Oslo, mengelola sebagian wilayah Tepi Barat.

    Namun tidak lagi menguasai Gaza sejak konflik dengan Hamas; PA menyatakan kesiapan untuk memimpin rekonstruksi Gaza pasca-konflik

    Dari kawasan Arab, negara seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mengeluarkan pernyataan tegas.

    Mereka mendesak Dewan Keamanan PBB segera turun tangan dan menyebut kelaparan di Gaza sebagai “noda bagi komunitas internasional” jika dibiarkan tanpa solusi.

    LSM Global: Blokade Israel Penyebab Utama

     Sejumlah lembaga kemanusiaan turut angkat suara. Amnesty International menyebut kelaparan ini “akibat langsung kampanye kelaparan yang disengaja oleh Israel.”

    Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengingatkan bahwa berdasarkan hukum humaniter, Israel wajib memenuhi kebutuhan dasar warga sipil.

    ICRC (Komite Palang Merah Internasional) adalah organisasi netral yang memfasilitasi bantuan medis, perlindungan sipil, dan pembebasan sandera di wilayah konflik termasuk Gaza

    Oxfam menambahkan, pihaknya memiliki bantuan pangan senilai $3,3 juta yang masih tertahan di gudang karena Israel menolak izin distribusi.

    “Israel merampas makanan bagi warga Palestina, bahkan saat kelaparan sudah di depan mata,” kata Helen Stawski, pimpinan kebijakan Oxfam GB.

    Oxfam merupakan LSM internasional yang aktif di Gaza, menyediakan makanan, air bersih, dan sanitasi, serta mengkritik blokade Israel yang memperburuk krisis

    Lembaga kemanusiaan Islamic Relief menyebut kondisi ini “memalukan bagi seluruh dunia.”

    Mereka menegaskan setiap hari tim lapangan menyaksikan anak-anak berubah menjadi kerangka hidup akibat kekurangan gizi.

    Mercy Corps: Tim Kami Ikut Kelaparan
    Kondisi getir juga dialami staf lembaga bantuan asing. CEO Mercy Corps, Tjada D’Oyen McKenna, mengungkap bahwa bahkan tim mereka di Gaza kini ikut terdampak.

    “Kami menyaksikan anggota tim kami sendiri semakin kurus. Mereka mengantre makanan, melewatkan makan agar anak-anak bisa makan, dan mempertaruhkan nyawa setiap hari hanya untuk sepotong roti dan air,” ujarnya.

    Mercy Corps adalah LSM yang telah bekerja di Gaza sejak 1986, memberikan bantuan pangan, dukungan psikososial, dan program pemuda untuk membantu masyarakat bertahan di tengah konflik.

    Dunia Didesak Bertindak
    Dengan situasi yang kian memburuk, laporan IPC menegaskan bahwa kelaparan di Gaza bukan sekadar krisis kemanusiaan, melainkan bencana buatan manusia.

    PBB, organisasi bantuan internasional, dan negara-negara Arab menyerukan aksi segera agar tragedi ini tidak menelan lebih banyak korban.

    Seperti disampaikan Antonio Guterres, “Orang-orang kelaparan. Anak-anak sekarat. Mereka yang berkewajiban bertindak justru gagal. Saatnya dunia bergerak, sekarang juga.”

     Genosida Gaza
    Perang di Jalur Gaza memasuki hari ke-685 pada Jumat (22/8/2025).

    Dikutip dari Middle East Monitor, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 62.263 orang tewas sejak konflik pecah pada Oktober 2023.

    Selain itu, 157.365 orang terluka akibat serangan udara, tembakan artileri, dan operasi darat Israel di wilayah kantong padat penduduk tersebut.

    Laporan juga menyebutkan sekitar 11.000 orang masih hilang, banyak di antaranya diduga terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat bombardir.

    Data terbaru ini menambah panjang daftar korban dalam perang yang oleh berbagai kelompok hak asasi manusia digambarkan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.

    Konflik berkepanjangan ini terus menuai kecaman internasional, namun hingga kini gencatan senjata permanen belum tercapai.

    Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dunia Bereaksi! PBB Umumkan Gaza Dilanda Kelaparan Parah, Setengah Juta Nyawa Terancam,  

    Komentar
    Additional JS