Dunia Internasional,
Para Anak Muda di AS Mulai Menyesal Pilih Trump
/data/photo/2025/07/16/6877a64e86fed.jpg)
DETROIT, KOMPAS.com — Justin Centers, pria 21 tahun asal pinggiran Detroit, Negara Bagian Michigan, Amerika Serikat, menjadi salah satu wajah muda yang sempat menguatkan basis pendukung Donald Trump pada pemilihan presiden atau pilpres AS 2024.
Pekerja otomotif ini baru kali pertama memenuhi syarat memilih presiden, termasuk dalam segmen pemilih muda yang secara agresif disasar Trump untuk merebut medan pertempuran seperti Michigan.
Centers juga penggemar berat Theo Von, komedian sekaligus podcaster dengan ciri khas rambut gondrong, yang wawancaranya dengan Trump pada Agustus lalu sempat viral. Namun, beberapa bulan setelah pemilu, baik Centers maupun Von mulai merasakan kekecewaan.
Baca juga: Tarif Trump: RI Pilih Negosiasi, Uni Eropa Ancam Balas
Diskon Jadi 19 Persen untuk Indonesia, Apa yang Diinginkan Trump dari Tarif?
"Sejujurnya, saya agak ragu sekarang," ujar Centers kepada CNN di luar Fox Theatre Detroit, sambil menunggu menyaksikan tur stand-up Theo Von.
"Salah satu alasan utama saya memilih adalah janji ‘tidak ada perang baru’, tapi itu ternyata bohong. Sangat mengecewakan," lanjutnya, dikutip pada Rabu (16/7/2025).
Kekecewaan muncul di kalangan influencer

Lihat Foto
Setelah kalah telak dalam segmen pria di bawah 50 tahun pada 2020, kampanye Trump berupaya keras membalikkan tren dengan tampil di berbagai
podcastdan kanal YouTube populer di kalangan komedian,
streamer, hingga
influencersayap kanan. Strategi ini sempat membuahkan hasil, tetapi kini mulai muncul tanda-tanda retak.
Joe Rogan, yang tahun lalu mendukung Trump, baru-baru ini menyebut kebijakan keras imigrasi sebagai “gila”.
Von mengkritik serangan ke Iran sebagai ide buruk yang membuat AS tampak seperti bekerja untuk Israel.

Lihat Foto
Elon Musk, pemilik X yang sebelumnya sekutu Trump, kini berseteru soal biaya legislatif dan bahkan berniat mendanai partai ketiga. Komedian Andrew Schulz, yang tahun lalu mendukung Trump, kini mengaku kecewa.
"Bahkan sosialis seperti Bernie Sanders rasanya lebih memprioritaskan Amerika dibanding Trump," ujar Schulz dalam podcast Flagrant.
Di Fox Theatre, suasana malam itu khas penonton Von: Kaus Carhartt, topi golf, potongan rambut mullet, serta kaleng berisi kantong nikotin.
Meski Von tidak menyinggung Trump secara langsung dalam penampilannya, penggemarnya tak segan menyuarakan kekecewaan.
"Lima triliun dolar untuk pemotongan pajak dan belanja besar-besaran? Gila," kata Steven Deuby (34), veteran Angkatan Darat dari Wayne County.
Meski begitu, Deuby mengaku tetap mendukung Trump dibanding mantan presiden Joe Biden.
Baca juga: Curhat Perajin Sepatu Bandung Imbas Tarif Trump, Khawatir Pelanggan Lari
Sementara itu, Tyler Goldsmith (32), pemilik bisnis perawatan rumput dari Constantine, Michigan, mengaku memahami kritik yang ada, tetapi memilih memberi Trump waktu.
"Di tahun pertama, pasti ada hal yang harus dibereskan dulu," ujarnya.
Survei: Pria muda makin tidak puas dengan Trump
Jajak pendapat CNN yang dilakukan SSRS menunjukkan, hanya 40 persen pria di bawah 35 tahun yang menyetujui kinerja Trump.
Angka ini menurun dari Februari lalu yang mencapai 44 persen. Sebanyak 60 persen lainnya menyatakan tidak puas.
Namun, menurut David Winston, analis Partai Republik, ketidakpuasan ini belum tentu berujung pada perubahan suara.
Faktor ekonomi seperti upah dan inflasi, ujarnya, lebih menentukan. "Mereka pergi karena suatu alasan, tetapi bisa saja kembali jika arah yang baru tidak memuaskan," kata Winston.
Centers sendiri mengaku frustrasi, terutama setelah membeli Tesla dan melihat Trump semakin vokal menyerang kendaraan listrik.
Akan tetapi, ia masih enggan berpindah haluan ke Partai Demokrat. "Banyak nilai saya yang masih sejalan dengan agenda konservatif," ujarnya.
Baca juga: Trump Ultimatum Rusia, Hentikan Perang Ukraina dalam 50 Hari
Kasus Epstein memicu amarah

Lihat Foto
Di kalangan pendukung fanatik, kasus Jeffrey Epstein menjadi salah satu pemicu kemarahan baru.
Departemen Kehakiman AS baru-baru ini menyimpulkan Epstein tewas bunuh diri di penjara, tanpa ada daftar klien terkenal yang sebelumnya ramai diperbincangkan.
Sebanyak 65 persen pria di bawah 35 tahun mengaku tidak puas dengan transparansi pemerintah soal kasus Epstein, menurut jajak pendapat CNN.
"Yang bikin marah adalah, ini menghina kecerdasan kita," kata Schulz di podcast.
Trump sempat meminta pendukungnya melupakan soal Epstein lewat unggahan di media sosial. Namun, bagi sebagian penggemar Von, ini justru menambah kekecewaan.
"Katanya mau buka berkas Epstein, sekarang malah seperti yang dulu dikritik," kata Ben, pekerja kimia dari Battle Creek, Michigan.
Ia mengaku menyesal memilih Trump. "Kalau bisa diulang, mungkin saya tidak akan memilih."
Melihat peluang, sejumlah tokoh Demokrat mulai muncul di podcast populer.
Pete Buttigieg tampil di Flagrant", sedangkan anggota DPR Ro Khanna sempat berbincang panjang dengan Theo Von.
Bahkan, ada rencana Von berbincang dengan Gubernur Minnesota Tim Walz, calon wakil presiden dari Partai Demokrat, meski akhirnya tertunda.
Bagi Nathan Sheldon (35) dari Northville, Michigan, hadirnya politisi dari berbagai partai di platform seperti podcast menjadi angin segar. "Akhirnya saya bisa dengar ide dari sisi lain," ujarnya.
Baca juga: Trump Kecewa pada Putin, AS Siap Kirim Rudal Patriot ke Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Komentar
Posting Komentar