Trump Sangat Marah usai Ukraina Diduga Coba Serang Kediaman Putin: Saya Tidak Menyukainya - Tribunnews
Trump Sangat Marah usai Ukraina Diduga Coba Serang Kediaman Putin: Saya Tidak Menyukainya - Tribunnews.com
Ringkasan Berita:
- Donald Trump marah usai Vladimir Putin memberitahunya bahwa Ukraina mencoba menyerang kediaman Putin di Rusia utara.
- Namun, klaim yang menyebut Ukraina mencoba menyerang kediaman Vladimir Putin itu telah dibantah oleh Kyiv.
- Ketika ditanya apakah ada bukti serangan semacam itu, Trump menjawab: Kita akan mengetahuinya.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin memberitahunya bahwa Ukraina mencoba menyerang kediaman Putin di Rusia utara, Senin (29/12/2025).
Namun, klaim yang menyebut Ukraina mencoba menyerang kediaman Vladimir Putin itu telah dibantah oleh Kyiv.
Mengenai dugaan ini, Donald Trump mengaku dirinya sangat marah.
“Saya tidak menyukainya. Itu tidak baik,” kata Trump kepada wartawan ketika ditanya apakah dia khawatir tuduhan itu dapat memengaruhi upayanya untuk menengahi perdamaian.
“Saya mengetahuinya dari Presiden Putin hari ini. Saya sangat marah karenanya," tegasnya, sebagaimana dilansir Al Arabiya.
“Ini adalah periode yang sensitif. Ini bukan waktu yang tepat. Bersikap ofensif itu satu hal, karena mereka memang ofensif. Menyerang rumahnya itu hal lain. Ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan semua itu,” katanya.
Ketika ditanya apakah ada bukti serangan semacam itu, Trump menjawab: “Kita akan mengetahuinya.”

Trump menggambarkan percakapannya dengan Putin pada Senin pagi sebagai "percakapan yang sangat baik."
“Kita menghadapi beberapa isu yang sangat pelik,” kata Trump tentang pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Tuduhan Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan Ukraina telah mencoba menyerang kediaman Presiden Vladimir Putin di Rusia utara.
Sehingga, kini posisi negosiasi Moskow akan ditinjau ulang.
Rusia mengatakan Ukraina menyerang kediaman presiden di wilayah Novgorod dengan 91 drone jarak jauh, yang semuanya dihancurkan oleh pertahanan udara Rusia.
"Tidak ada yang terluka dan tidak ada kerusakan," kata Lavrov, Senin (29/12/2025), masih dari Al Arabiya.
Lavrov mengatakan, target-target untuk serangan balasan oleh angkatan bersenjata Rusia telah dipilih.
“Tindakan gegabah seperti itu tidak akan dibiarkan begitu saja,” katanya, menambahkan serangan itu sama dengan “terorisme negara.”
Lavrov mencatat, serangan itu terjadi selama negosiasi tentang kemungkinan kesepakatan perdamaian Ukraina dan bahwa meskipun Rusia tidak akan meninggalkan negosiasi, posisi Moskow akan ditinjau kembali.
Warga Ukraina Ragukan Perdamaian
Di jalanan Kyiv, ibu kota Ukraina, yang diselimuti salju, orang-orang skeptis tentang peluang perdamaian.
Seorang veteran militer yang menggunakan nama panggilan Sensei, sesuai dengan aturan militer Ukraina, mengatakan bahwa rekam jejak Putin selama berkuasa menunjukkan bahwa dia tidak dapat dipercaya.
Sensei bergabung dengan militer pada tahun 2022 dan terluka pada tahun yang sama selama pertempuran untuk kota Bakhmut di Ukraina.
Sekarang, katanya, hampir tidak ada seorang pun dari kompinya yang masih hidup.
“Namun semua pengorbanan ini tidak sia-sia, karena kita perlu membuktikan bahwa kita ada, bahwa kita berhak atas keberadaan kita, atas wilayah kita, atas budaya kita, atas bahasa kita,” kata veteran berusia 65 tahun itu kepada Associated Press.
Oleh Saakian, seorang ilmuwan politik Ukraina, mengatakan keberhasilan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy membangun hubungan dengan Trump merupakan pertanda baik, meskipun ia mencatat bahwa "belum ada yang diadopsi, belum ada yang ditandatangani."
“Saya tidak melihat negosiasi ini membawa kita lebih dekat kepada perdamaian sejati, karena negosiasi ini didasarkan pada kesetaraan antara agresor dan korban, didasarkan pada pengabaian total terhadap hukum internasional, dan pengabaian terhadap keamanan Eropa,” katanya.
AS Tawarkan Jaminan Keamanan ke Ukraina
Amerika Serikat (AS) menawarkan jaminan keamanan kepada Ukraina selama 15 tahun sebagai bagian dari rencana perdamaian yang diusulkan.
Hal ini disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Senin.
Meskipun, ia mengatakan lebih memilih komitmen Amerika hingga 50 tahun untuk mencegah Rusia dari upaya lebih lanjut untuk merebut tanah negara tetangganya dengan kekerasan.
Para negosiator masih mencari terobosan dalam isu-isu kunci, termasuk pasukan mana yang akan mundur dari mana di Ukraina dan nasib pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia di Ukraina, salah satu dari 10 pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di dunia.
Trump mencatat bahwa negosiasi yang dipimpin AS selama berbulan-bulan ini masih bisa gagal.
Ukraina telah berperang melawan Rusia sejak 2014, ketika Rusia secara ilegal mencaplok Krimea dan separatis yang didukung Moskow mengangkat senjata di Donbas, sebuah wilayah industri vital di Ukraina timur.
Rincian jaminan keamanan belum dipublikasikan, tetapi Zelenskyy mengatakan pada hari Senin bahwa jaminan tersebut mencakup bagaimana kesepakatan perdamaian akan dipantau serta "kehadiran" para mitra.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Rusia telah mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima pengerahan pasukan dari negara-negara NATO di Ukraina.
(Tribunnews.com/Nuryanti)