Perawat Gaza Diculik Pasukan Khusus Israel, Kementerian Peringatkan Pelanggaran Berat - SindoNews
3 min read
Perawat Gaza Diculik Pasukan Khusus Israel, Kementerian Peringatkan Pelanggaran Berat
Jum'at, 03 Oktober 2025 - 21:30 WIB
Perawat Palestina Tasneem al-Hams diculik pasukan khusus Israel dalam perjalanannya ke tempat kerja. Foto/x
A
A
A
JALUR GAZA - Kementerian Kesehatan di Gaza pada hari Jumat (3/10/2025) mengecam keras penculikan perawat Tasneem Marwan al-Hams oleh pasukan khusus Israel saat ia sedang dalam perjalanan menuju tempat kerjanya di satu pusat medis di Khan Yunis.
Menurut kementerian, pasukan pendudukan Israel yang menyamar dengan pakaian sipil menahan Tasneem di Khan Yunis selatan saat ia sedang dalam perjalanan untuk menjalankan tugasnya.
Kementerian menggambarkan penangkapan tersebut sebagai pelanggaran berat hukum internasional dan menegaskan kembali bahwa pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas keselamatannya.
“Kami menganggap pendudukan sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatannya, menuntut agar nasibnya diungkapkan, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera turun tangan guna menghentikan pelanggaran ini dan melindungi tenaga kesehatan serta keluarga mereka,” ungkap kementerian dalam pernyataan resminya.
Kementerian menekankan penargetan staf medis yang disengaja melanggar konvensi internasional dan perlindungan yang dijamin bagi tenaga kesehatan berdasarkan hukum humaniter.
Tasneem adalah putri dari Dr. Marwan al-Hams, tokoh medis ternama yang sebelumnya mengelola rumah sakit lapangan di Gaza.
Pada bulan Juli, ia juga diculik oleh unit penyamaran Israel dalam operasi di Gaza, yang mengakibatkan seorang jurnalis tewas dan beberapa warga sipil terluka.
Kementerian Kesehatan kembali mengimbau badan-badan internasional segera bertindak guna menjamin keselamatan para tenaga medis yang bekerja dalam kondisi yang semakin berbahaya di Jalur Gaza.
Hal ini terjadi di saat sistem layanan kesehatan Gaza berada di ambang kehancuran. Sejak 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan memperkirakan lebih dari 167.000 warga Palestina telah terluka akibat pemboman Israel yang terus berlanjut.
Rumah sakit masih kewalahan dengan pasien yang menderita luka bakar parah, amputasi, cedera akibat ledakan, dan patah tulang.
Dengan persediaan obat bius dan pereda nyeri yang menipis, para dokter seringkali terpaksa membatasi penggunaan obat-obatan, bahkan yang paling mendasar sekalipun.
Biro Jurnalisme Investigasi (TBIJ) melaporkan lebih dari separuh misi medis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke Gaza tahun ini—termasuk pengiriman obat-obatan dan bahan bakar, penempatan staf, dan evakuasi pasien—terblokir, ditunda, atau dibatalkan.
Di saat yang sama, serangan Israel telah merusak rumah sakit dan gudang medis, sementara konvoi internasional yang membawa pasokan medis vital terus mengalami penundaan panjang atau ditolak di perbatasan.
Baca juga: Mesir Peringatkan Celah dalam Rencana Trump, Gedung Putih Tunggu Tanggapan Hamas
Menurut kementerian, pasukan pendudukan Israel yang menyamar dengan pakaian sipil menahan Tasneem di Khan Yunis selatan saat ia sedang dalam perjalanan untuk menjalankan tugasnya.
Kementerian menggambarkan penangkapan tersebut sebagai pelanggaran berat hukum internasional dan menegaskan kembali bahwa pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas keselamatannya.
“Kami menganggap pendudukan sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatannya, menuntut agar nasibnya diungkapkan, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera turun tangan guna menghentikan pelanggaran ini dan melindungi tenaga kesehatan serta keluarga mereka,” ungkap kementerian dalam pernyataan resminya.
Kementerian menekankan penargetan staf medis yang disengaja melanggar konvensi internasional dan perlindungan yang dijamin bagi tenaga kesehatan berdasarkan hukum humaniter.
Tasneem adalah putri dari Dr. Marwan al-Hams, tokoh medis ternama yang sebelumnya mengelola rumah sakit lapangan di Gaza.
Pada bulan Juli, ia juga diculik oleh unit penyamaran Israel dalam operasi di Gaza, yang mengakibatkan seorang jurnalis tewas dan beberapa warga sipil terluka.
Kementerian Kesehatan kembali mengimbau badan-badan internasional segera bertindak guna menjamin keselamatan para tenaga medis yang bekerja dalam kondisi yang semakin berbahaya di Jalur Gaza.
Hal ini terjadi di saat sistem layanan kesehatan Gaza berada di ambang kehancuran. Sejak 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan memperkirakan lebih dari 167.000 warga Palestina telah terluka akibat pemboman Israel yang terus berlanjut.
Rumah sakit masih kewalahan dengan pasien yang menderita luka bakar parah, amputasi, cedera akibat ledakan, dan patah tulang.
Dengan persediaan obat bius dan pereda nyeri yang menipis, para dokter seringkali terpaksa membatasi penggunaan obat-obatan, bahkan yang paling mendasar sekalipun.
Biro Jurnalisme Investigasi (TBIJ) melaporkan lebih dari separuh misi medis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke Gaza tahun ini—termasuk pengiriman obat-obatan dan bahan bakar, penempatan staf, dan evakuasi pasien—terblokir, ditunda, atau dibatalkan.
Di saat yang sama, serangan Israel telah merusak rumah sakit dan gudang medis, sementara konvoi internasional yang membawa pasokan medis vital terus mengalami penundaan panjang atau ditolak di perbatasan.
Baca juga: Mesir Peringatkan Celah dalam Rencana Trump, Gedung Putih Tunggu Tanggapan Hamas
(sya)