Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Arab Saudi Dunia Internasional Featured Israel Konflik Timur Tengah Tepi Barat UEA

    Saudi dan UEA Ancam Israel Jika Berani Caplok Tepi Barat | Republika Online

    4 min read

      Dunia Internasional, 

    Saudi dan UEA Ancam Israel Jika Berani Caplok Tepi Barat | Republika Online



    REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Pemerintahan dan politikus Zionis membuka kemungkinan pencaplokan sepenuhnya Tepi Barat menyusul pengakuan negara Palestina oleh sejumlah negara Barat. Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) mengancam tindakan tegas jika aneksasi itu dilakukan.

    “Langkah-langkah aneksasi akan berdampak besar di semua tingkatan,” demikian bunyi pesan Saudi yang dikirim ke Israel, seperti dilansir N12. Sumber-sumber politik Saudi dilaporkan mewanti-wanti para pejabat Israel bahwa mereka akan menerapkan tindakan secara ekonomi dan keamanan untuk menegakkan kedaulatan Palestina di Tepi Barat. Saudi bahkan mengancam akan menutup wilayah udaranya untuk Israel.

    Baca Juga :

    Sponsored

    Arab Saudi telah memperingatkan Israel bahwa mencaplok Tepi Barat adalah garis merah dan dapat mencegah normalisasi berdasarkan Perjanjian Abraham, N12 melaporkan pada Ahad. Peringatan negara-negara Teluk muncul menjelang pemungutan suara Majelis Umum PBB yang mengakui negara Palestina dan implementasi rencana Perancis-Saudi. 

    N12 melaporkan bahwa aneksasi Israel atas Tepi Barat juga akan merusak hubungan Washington dengan negara-negara Arab. Laporan ini muncul setelah Inggris, Kanada, dan Australia bergerak untuk mengakui negara Palestina.

    Baca Juga :

    Perjanjian Oslo tahun 1993, yang ditandatangani antara para pemimpin Israel dan Palestina saat itu untuk memulai proses perdamaian, membagi Tepi Barat yang diduduki menjadi tiga zona: A, B dan C.

    photo
    Anak Palestina menghalau kendaraan Israel selama bentrokan dengan pasukan Israel menyusul serangan militer di kota Nablus, Tepi Barat, Rabu, 27 Agustus 2025. - (AP Photo/Majdi Mohammed)

    Area A seolah-olah berada di bawah kendali administratif dan keamanan penuh Otoritas Palestina (PA) – sebuah entitas yang lahir dari Perjanjian Oslo. Sementara Area B berada di bawah pemerintahan administratif Otoritas Palestina dan keamanan Israel. Area C mencakup lebih dari 60 persen wilayah Tepi Barat yang diduduki dan berada di bawah kendali administratif dan keamanan Israel.

    Baca Juga :

    Israel berencana mencaplok sepenuhnya seluruh wilayah itu menyusul pengakuan Palestina oleh sejumlah negara Barat belakangan. 

    Tokoh politik Israel baik dari pemerintah maupun oposisi pada Ahad mengecam keputusan Inggris, Australia, dan Kanada yang mengakui negara Palestina. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan sekutu-sekutunya berjanji untuk menanggapi tindakan tersebut, dan menegaskan penolakan mereka terhadap gagasan negara Palestina, dengan beberapa orang di koalisinya mendorong aneksasi Tepi Barat sebagai tanggapannya.

    “Saya memiliki pesan yang jelas kepada para pemimpin yang mengakui negara Palestina setelah pembantaian mengerikan pada tanggal 7 Oktober – Anda memberikan hadiah yang sangat besar kepada teror,” kata Netanyahu dalam siaran video semalam. "(Kemerdekaan Palestina) tidak akan terjadi. Negara Palestina tidak akan didirikan di sebelah barat Sungai Yordan."

    Netanyahu menyatakan bahwa dia tidak akan secara resmi menanggapi pengakuan trilateral tersebut sampai dia kembali dari Amerika. Dia diperkirakan akan membahas masalah ini ketika bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada hari Senin.

    photo
    Peta Tepi Barat - (Wikipedia Commons)

    Halaman 2 / 2

    Selain Arab Saudi, Uni Emirat Arab telah mengisyaratkan bahwa mereka dapat menurunkan hubungan diplomatik dengan Israel jika Israel mencaplok sebagian atau seluruh Tepi Barat, Reuters melaporkan pada Kamis.

     Abu Dhabi memperingatkan koalisi sayap kanan Netanyahu bulan ini bahwa setiap aneksasi Tepi Barat akan menjadi “garis merah” bagi negara Teluk tersebut, namun tidak mengatakan tindakan apa yang akan diambil setelahnya.

     UEA, yang menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 2020 berdasarkan Perjanjian Abraham, sedang mempertimbangkan untuk menarik duta besarnya sebagai tanggapan atas tindakan apa pun, sumber tersebut mengatakan kepada Reuters.

     Sumber-sumber tersebut, yang semuanya berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan Abu Dhabi tidak mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan sepenuhnya, meskipun ketegangan telah meningkat selama Perang Gaza yang telah berlangsung hampir dua tahun.

     Sebuah sumber di Israel mengatakan pemerintah yakin mereka dapat memperbaiki hubungan yang tegang dengan UEA, pusat komersial utama yang dipandang sebagai negara Arab paling penting dalam menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 2020. Negara lainnya adalah Bahrain dan Maroko.

    Komentar
    opsiarena lainnya
    Additional JS