Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Arab Saudi Dunia Internasional Featured Hizbullah Israel Istimewa Konflik Timur Tengah Spesial

    Pemimpin Hizbullah Dorong Arab Saudi Bersatu Lawan Agresi Israel - SindoNews

    3 min read

      Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah, 

    Pemimpin Hizbullah Dorong Arab Saudi Bersatu Lawan Agresi Israel

    LSabtu, 20 September 2025 - 11:40 WIB

    Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem. Foto/anadolu
    A
    A
    A
    KAIRO - Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, meminta Arab Saudi memperbaiki hubungan dengan kelompok bersenjata Lebanon tersebut dan membangun front bersama melawan Israel.Pernyataan pimpinan Hizbullah pada hari Jumat (19/9/2025) tersebut muncul di tengah meningkatnya serangan Israel di Lebanon selatan.

    Qassem mendesak Arab Saudi membuka "halaman baru" dengan Hizbullah, berdasarkan tiga prinsip: dialog untuk menyelesaikan perselisihan dan mengatasi kekhawatiran, pengakuan bahwa Israel – dan bukan "perlawanan" – adalah musuh, dan "pembekuan perselisihan masa lalu".

    Ia menekankan, “Senjata perlawanan ditujukan semata-mata kepada Israel, bukan Lebanon, bukan Arab Saudi, dan bukan tempat atau pihak mana pun di dunia.”

    Qassem memperingatkan, “Tekanan terhadap perlawanan hanya menguntungkan Israel, dan jika perlawanan tersebut disingkirkan, gilirannya akan datang bagi negara-negara lain."

    Ketegangan antara Arab Saudi dan Hizbullah telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan merupakan bagian dari persaingan yang lebih luas dan telah berlangsung bertahun-tahun antara Riyadh dan Iran, pendukung utama Hizbullah.

    Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yang dipimpin Arab Saudi, melabeli Hizbullah sebagai organisasi "teroris" pada tahun 2016, dengan alasan keterlibatannya dalam perang saudara Suriah di pihak pemimpin yang kini telah digulingkan, Bashar al-Assad, dan dukungannya terhadap Houthi Yaman.

    Genosida menjadi Solusi


    Qassem menggambarkan Israel sebagai pos kolonial yang “didukung pertama oleh Inggris dan sekarang oleh Amerika Serikat”, dan menuduhnya telah mencapai “puncak kebiadaban”, melakukan kejahatan dengan dukungan penuh AS dan mengabaikan hukum internasional.

    Qassem mengatakan, “Perang lunak, sanksi, dan Perjanjian Abraham semuanya gagal memberikan kemenangan cepat dan tegas yang diinginkan AS dan Israel, dan karenanya, bagi mereka, genosida menjadi solusinya.”

    Ia menambahkan, “Serangan Israel terhadap Qatar pada 9 September menandai titik balik, dan apa yang terjadi setelah serangan terhadap Qatar berbeda dari yang terjadi sebelumnya."

    "Ketika AS secara terbuka menyatakan mereka bertindak demi kepentingan Israel, bagaimana kita bisa mempercayai proposal Amerika atau non-Amerika, atau menerima konsesi demi konsesi?" ungkap dia.

    AS telah mendesak Lebanon untuk melucuti senjata Hizbullah berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi pada November 2024.

    Qassem mengatakan kelompok itu terbuka untuk berdialog "dari posisi yang kuat", menambahkan bahwa komitmennya untuk melawan pendudukan Israel "tak tergoyahkan" dan bertujuan mengusir pasukan Israel dan membebaskan wilayah tersebut.

    Permohonan Qassem kepada Arab Saudi datang dua hari setelah Riyadh dan Pakistan yang bersenjata nuklir menandatangani pakta pertahanan bersama sehubungan dengan serangan Israel terhadap Qatar.

    Dua Tewas dalam Serangan Israel


    Secara terpisah pada hari Jumat, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan dua orang tewas dan 11 lainnya luka-luka dalam dua serangan terpisah Israel di Lebanon selatan.

    Satu serangan menargetkan satu mobil di luar rumah sakit umum di kota Tebnin, sementara serangan lainnya mengenai satu kendaraan di Ansar.

    Tentara Israel mengatakan telah menewaskan Ammar Hayel Qutaybani, yang dituduh sebagai komandan Hizbullah, di Lebanon selatan, tanpa menyebutkan lokasi pastinya.

    Militer Israel menambahkan mereka telah menewaskan seorang anggota pasukan elit kelompok tersebut, Radwan, di Tebnin, dan menyerang "satu kapal yang digunakan Hizbullah untuk mengumpulkan intelijen" mengenai pasukan Israel di kota Naqura di selatan.

    Serangan itu terjadi sehari setelah Israel menargetkan dan mengebom beberapa kota di selatan dan memperingatkan penduduk untuk mengungsi.

    Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam menuduh Israel melakukan "intimidasi dan agresi" yang dilakukan untuk menentang gencatan senjata tahun lalu dan mekanisme yang didukung internasional untuk memantaunya.

    Meskipun ada gencatan senjata, Israel terus menyerang Lebanon selatan hampir setiap hari.

    Berdasarkan kesepakatan tersebut, Hizbullah seharusnya melucuti senjatanya dan bergerak ke utara Sungai Litani, sementara Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari wilayah Lebanon.

    Namun, Israel tetap bertahan dan menduduki setidaknya lima titik di Lebanon selatan.

    Baca juga: Mengungsi dari Kota Gaza yang Digempur Israel, Satu Keluarga Harus Keluarkan Lebih dari Rp53 Juta
    (sya)
    Komentar
    opsiarena lainnya
    Additional JS