Mengenal Kelompok Taliban di Afghanistan, Sejarah dan Tujuannya - PAGE ALL : Okezone News
Dunia Internasional,
Mengenal Kelompok Taliban di Afghanistan, Sejarah dan Tujuannya - PAGE ALL : Okezone News
KABUL - Taliban adalah sebuah faksi politik dan agama yang berhaluan ultrakonservatif yang muncul di Afghanistan pada pertengahan 1990-an. Awalnya, kelompok ini terdiri dari sejumlah kecil pelajar dan cendekiawan agama Afghanistan yang memiliki tekad untuk melawan berbagai bentuk kejahatan dan korupsi.

Nama "Taliban" sendiri, yang berasal dari bahasa Pashto, secara harfiah berarti "Mahasiswa," merujuk pada anggota awal kelompok ini.
Dilansir dari beberapa sumber, Taliban muncul setelah Perang Afghanistan (1978–1992), sebuah konflik yang melibatkan invasi Soviet dan perang saudara di negara tersebut. Pada 1994, kelompok kecil yang awalnya terdiri dari para pelajar dan cendekiawan agama Afghanistan berusaha melawan korupsi dan kejahatan.
Pada awalnya, gerakan ini dikendalikan oleh mayoritas anggota yang berasal dari etnis Pashtun dan berasal dari sekolah-sekolah agama, yang sering kali mendapat dukungan keuangan dari Arab Saudi. Mereka umumnya mengikuti aliran Sunni yang sangat konservatif.
Dari wilayah barat-daya Afghanistan, Taliban dengan cepat menyebar pengaruh mereka. Pada September 1995, mereka berhasil merebut kendali atas Provinsi Herat, yang berbatasan dengan Iran, dan dalam waktu setahun, mereka berhasil merebut kendali ibu kota Afghanistan, Kabul.

Dengan langkah tersebut, mereka menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Burhanuddin Rabbani, salah satu pendiri gerakan mujahidin yang pernah melawan pendudukan Uni Soviet. Pada 1998, kendali mereka meluas hingga hampir mencakup 90 persen wilayah Afghanistan.
Kemunculan Taliban awalnya mendapat sambutan positif dari masyarakat Afghanistan yang telah lelah akibat pertikaian yang melibatkan kelompok mujahidin dan permasalahan pasca-pendudukan Uni Soviet.
Popularitas mereka sebagian besar didorong oleh upaya mereka dalam memberantas korupsi, mengurangi pelanggaran hukum, serta menjadikan wilayah yang berada di bawah kendali mereka lebih aman bagi perdagangan dan kehidupan sehari-hari.
Taliban memiliki tujuan untuk menerapkan ajaran Islam sesuai dengan interpretasi mereka dan membangun Afghanistan menjadi Keemiran Islam Afghanistan (atau Islamic Emirate of Afghanistan).

Taliban menerapkan interpretasi yang keras terhadap hukum Islam, yang mencakup larangan hampir total terhadap perempuan dalam kehidupan publik, penghancuran peninggalan seni non-Islam, dan penerapan hukuman pidana yang berat.
Mereka menggabungkan ideologi agama yang ketat dengan kode sosial Pashtun yang konservatif. Kebijakan-kebijakan mereka telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang hak asasi manusia dan kemerdekaan warga.
Antara 1996 hingga 2001, Taliban berhasil menguasai Afghanistan dan secara resmi mendeklarasikan negara sebagai Emirat Islam Afghanistan, meskipun pengakuan internasional terhadapnya masih terbatas.
Pada 18 Agustus 2021, setelah berhasil merebut Istana Kepresidenan Afghanistan, Taliban secara resmi mengumumkan pendirian kembali Emirat Islam Afghanistan. Meskipun belum semua negara secara resmi mengakui pemerintahan tersebut, beberapa negara seperti Amerika Serikat, Arab Saudi, Cina, Pakistan, dan Rusia telah menyatakan kemungkinan pengakuan terhadap Emirat Islam Afghanistan.
Sebelumnya pada Mei 2021, pasukan Amerika Serikat dan koalisi sekutunya mulai menjalankan rencana penarikan mereka dari Afghanistan secara bertahap. Seiring dengan proses penarikan pasukan, Taliban mulai melancarkan pemberontakan kembali terhadap pemerintahan Afghanistan. Pemberontakan ini menyebabkan ratusan hingga ribuan warga Afghanistan terpaksa mengungsi ke ibu kota Kabul. Sebagian dari mereka bahkan melarikan diri ke luar negeri, seperti Iran, Turki, dan beberapa negara Eropa.
Kehadiran Taliban kembali di Afghanistan telah menimbulkan ketidakpastian, khususnya dalam hal hak-hak perempuan dan keamanan. Mereka telah melarang perempuan bekerja dan bersekolah di tingkat yang sama dengan laki-laki. Pengamat internasional juga mengkhawatirkan hubungan Taliban dengan kelompok teroris, terutama Al-Qaeda.
(Rahman Asmardika)