Jet Tempur Gripen Mulai Jadi Primadona di Asia Tenggara, Giliran Filipina yang Ikuti Jejak Thailand - Zona Jakarta
Dunia Internasional,
ZONAJAKARTA.COM - Pesawat tempur multirole Saab Gripen kian menunjukkan dominasinya di Asia Tenggara.
Setelah Thailand resmi menambah empat unit Gripen E/F pada Agustus 2025.
Kini giliran Filipina yang semakin serius mempertimbangkan untuk membeli jet tempur asal Swedia tersebut.
Dikutip dari MarketScreener edisi Selasa, 26 Agustus 2025 berjudul "Saab Hopes Thai Gripen Deal Will Have Ripple Effect."
CEO Saab, Micael Johansson, mengonfirmasi bahwa pihaknya tengah menjalin pembicaraan intens dengan pemerintah Filipina.
Meski prosesnya belum sematang negara lain, Johansson menilai bahwa keputusan Thailand untuk menambah armada Gripen bisa menjadi faktor pendorong bagi Manila.
Baca Juga:
"Filipina sangat memperhatikan langkah modernisasi pertahanan Thailand karena hubungan erat kedua negara," ungkap Johansson.
Hal ini membuka peluang besar bahwa Gripen akan segera menjadi bagian dari Angkatan Udara Filipina.
Melanjutkan tren pesat penggunaannya di Asia Tenggara.
Dikutip dari Army Recognition edisi Selasa, 26 Agustus 2025 berjudul "Breaking News: Saab CEO confirms Gripen talks with the Philippines following Thailand’s successful combat operations."
Sehari sebelumnya, Thailand menandatangani kontrak senilai 583 juta dolar AS untuk membeli tiga unit Gripen E dan satu unit Gripen F.
Pesawat ini akan dikirim secara bertahap hingga 2030 dan melengkapi armada Gripen C/D yang sudah dioperasikan sejak 2011.
Baca Juga:

Thailand bahkan mencatatkan sejarah dengan menggunakan Gripen dalam operasi tempur pertama mereka pada 26 Juli 2025, saat terjadi bentrokan di perbatasan Kamboja.
Pengalaman ini dinilai meningkatkan kepercayaan regional terhadap kemampuan jet tempur Swedia tersebut.
Filipina sebenarnya sudah lama mempertimbangkan pengadaan pesawat tempur baru untuk menggantikan armada F-5 yang sudah pensiun.
Sejak 2016, Saab bahkan membuka kantor di Manila untuk mendukung kampanye penjualan 12 unit Gripen C/D MS20.
Namun, persaingan dengan F-16V Block 70/72 buatan Amerika Serikat membuat keputusan pemerintah Filipina berjalan lambat.
Meskipun pada Juni 2023 Manila dan Stockholm sudah menandatangani MoU kerja sama pertahanan, hingga kini kontrak final belum terwujud.
Baca Juga:
Isu pembiayaan disebut sebagai penghalang utama.
Meski begitu, dukungan dari sistem kredit ekspor Swedia dipandang dapat mempermudah transaksi.
Keunggulan Gripen bukan hanya pada harga dan biaya operasional yang lebih rendah dibanding jet tempur sekelas Rafale atau F-16.
Tetapi juga pada offset industri dan transfer teknologi yang menguntungkan negara pembeli.
Selain Thailand dan Filipina, sejumlah negara lain juga baru saja memilih Gripen, termasuk Kolombia (April 2025) dan Peru (Juli 2025).
Tren ini memperkuat posisi Saab di pasar internasional, khususnya di kawasan Asia dan Amerika Latin.
Baca Juga:
Dengan Thailand yang sudah membuktikan kemampuan tempurnya, serta Filipina yang semakin dekat mengambil keputusan.

Gripen berpotensi menjadi primadona jet tempur Asia Tenggara.
Jika Manila benar-benar memilih Gripen, maka posisi Saab akan semakin kuat dalam peta persenjataan kawasan, bersaing langsung dengan dominasi F-16 Amerika Serikat.
**