Dunia Internasional, Trump Ingin Rebut Kembali Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan, Ini Kata Taliban - PAGE ALL : Okezone News Pangkalan udara Bagram. Share : JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat, (19/9/2025) mengungkapkan bahwa dia berbicara dengan pihak Afghanistan untuk kembali mengambil alih Pangkalan Udara Bagram. Pangkalan udara tersebut, yang pernah menjadi pangkalan NATO di negara itu, selama AS memiliki kehadiran militernya selama dua dekade. "Kita seharusnya tidak pernah menyerahkannya," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval pada Jumat. Trump mengatakan bahwa Pangkalan Udara Bagram kemungkinan bisa kembali diambil oleh AS, karena “Afghanistan membutuhkan sesuatu dari AS” . Baca Juga : https://img.okezone.com/okz/100/content/2021/07/07/18/2436670/militer-as-diam-diam-angkat-kaki-dari-pangkalan-udara-bagram-tinggalkan-ribuan-mobil-dan-kendaraan-lapis-baja-bqQ5psU2ZK.jpg Namun, seorang pejabat Taliban menolak gagasan Trump tersebut. Zakir Jalal, yang bekerja di Kementerian Luar Negeri Taliban, mengatakan gagasan AS untuk mempertahankan kehadiran militer di Afghanistan "sepenuhnya" ditolak selama perundingan antara kedua belah pihak sebelum Taliban kembali berkuasa. Pangkalan itu diserahkan kepada militer Afghanistan tak lama sebelum Taliban menguasai negara itu. Penarikan penuh pasukan AS merupakan bagian dari kesepakatan yang ditandatangani pada masa pemerintahan pertama Trump pada 2020, dan berakhir di bawah pemerintahan Joe Biden pada 2021. Baca Juga : Namun, Trump mengatakan pada Maret bahwa ia berencana untuk mempertahankan pangkalan udara Bagram "bukan karena Afghanistan, tetapi karena China". Trump menegaskan kembali pentingnya lokasinya pada Kamis, (18/9/2025) dengan mengatakan bahwa salah satu alasan untuk mengambil kembali Bagram adalah karena "lokasinya hanya satu jam dari tempat China memproduksi senjata nuklirnya". Tidak jelas apa yang ia maksud dengan komentar tersebut. Trump juga berulang kali mengatakan bahwa China telah membangun kehadiran di pangkalan tersebut, yang terletak di utara ibu kota, Kabul. Taliban membantah klaim tersebut. Pada Jumat, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Beijing “menghormati integritas dan kedaulatan wilayah Afghanistan”. Dia menambahkan bahwa "masa depan Afghanistan harus berada di tangan rakyat Afghanistan". Sementara itu, Zakir Jalal dari Taliban menulis di platform media sosial X: "Sepanjang sejarah, rakyat Afghanistan tidak menerima kehadiran militer, dan kemungkinan ini sepenuhnya ditolak selama perundingan dan perjanjian Doha, tetapi pintu terbuka untuk keterlibatan lain." AS dan Taliban telah terlibat dalam perundingan baru-baru ini, meskipun sebuah pertemuan pada Sabtu, (20/9/2025) dengan menteri luar negeri Taliban berfokus pada warga Amerika yang ditahan di Afghanistan, lapor kantor berita Reuters. (Rahman Asmardika)
Dunia Internasional,
Trump Ingin Rebut Kembali Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan, Ini Kata Taliban - PAGE ALL : Okezone News
JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat, (19/9/2025) mengungkapkan bahwa dia berbicara dengan pihak Afghanistan untuk kembali mengambil alih Pangkalan Udara Bagram. Pangkalan udara tersebut, yang pernah menjadi pangkalan NATO di negara itu, selama AS memiliki kehadiran militernya selama dua dekade.
"Kita seharusnya tidak pernah menyerahkannya," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval pada Jumat. Trump mengatakan bahwa Pangkalan Udara Bagram kemungkinan bisa kembali diambil oleh AS, karena “Afghanistan membutuhkan sesuatu dari AS” .

Namun, seorang pejabat Taliban menolak gagasan Trump tersebut. Zakir Jalal, yang bekerja di Kementerian Luar Negeri Taliban, mengatakan gagasan AS untuk mempertahankan kehadiran militer di Afghanistan "sepenuhnya" ditolak selama perundingan antara kedua belah pihak sebelum Taliban kembali berkuasa.
Pangkalan itu diserahkan kepada militer Afghanistan tak lama sebelum Taliban menguasai negara itu.
Penarikan penuh pasukan AS merupakan bagian dari kesepakatan yang ditandatangani pada masa pemerintahan pertama Trump pada 2020, dan berakhir di bawah pemerintahan Joe Biden pada 2021.
Namun, Trump mengatakan pada Maret bahwa ia berencana untuk mempertahankan pangkalan udara Bagram "bukan karena Afghanistan, tetapi karena China".
Trump menegaskan kembali pentingnya lokasinya pada Kamis, (18/9/2025) dengan mengatakan bahwa salah satu alasan untuk mengambil kembali Bagram adalah karena "lokasinya hanya satu jam dari tempat China memproduksi senjata nuklirnya". Tidak jelas apa yang ia maksud dengan komentar tersebut.
Trump juga berulang kali mengatakan bahwa China telah membangun kehadiran di pangkalan tersebut, yang terletak di utara ibu kota, Kabul. Taliban membantah klaim tersebut.
Pada Jumat, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Beijing “menghormati integritas dan kedaulatan wilayah Afghanistan”. Dia menambahkan bahwa "masa depan Afghanistan harus berada di tangan rakyat Afghanistan".
Sementara itu, Zakir Jalal dari Taliban menulis di platform media sosial X: "Sepanjang sejarah, rakyat Afghanistan tidak menerima kehadiran militer, dan kemungkinan ini sepenuhnya ditolak selama perundingan dan perjanjian Doha, tetapi pintu terbuka untuk keterlibatan lain."
AS dan Taliban telah terlibat dalam perundingan baru-baru ini, meskipun sebuah pertemuan pada Sabtu, (20/9/2025) dengan menteri luar negeri Taliban berfokus pada warga Amerika yang ditahan di Afghanistan, lapor kantor berita Reuters.
(Rahman Asmardika)