Bank BRICS Setujui 120 Proyek Senilai Rp666 Triliun, Mayoritas dalam Mata Uang Lokal - SindoNews
2 min read
Bank BRICS Setujui 120 Proyek Senilai Rp666 Triliun, Mayoritas dalam Mata Uang Lokal
Rabu, 24 September 2025 - 07:36 WIB
A
A
A
JAKARTA - Bank Pembangunan Baru (New Development Bank/NDB) atau Bank BRICS menyetujui pinjaman untuk 120 proyek dengan total nilai mencapai hampir USD40 miliar atau setara Rp666 triliun. Pendanaan ini dialokasikan untuk sektor-sektor strategis seperti energi bersih, transportasi, lingkungan, pembangunan sosial, dan proyek infrastruktur, termasuk pembangunan jalan, bandara, dan pelabuhan.
Penyaluran pinjaman ini menyoroti pergeseran signifikan dalam lanskap keuangan global. Sebagian besar dana disalurkan ke negara-negara di Afrika, serta beberapa negara di Asia seperti Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka.
Baca Juga: Kejayaan Dolar AS Terkikis, Yuan China Kian Mencuri Perhatian Global
Menariknya, pinjaman tersebut mayoritas diberikan dalam mata uang lokal, seperti yuan China, dengan skema pembayaran kembali menggunakan mata uang yang sama. Kebijakan tersebut secara efektif mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Presiden Bank BRICS, Dilma Rousseff, menegaskan komitmen NDB untuk meningkatkan porsi pinjaman dalam mata uang lokal. "Target kami adalah mencapai 30 persen pinjaman dalam mata uang lokal pada tahun 2026," ujar Rousseff dikutip dari Watcher Guru, Rabu (23/9).
Langkah tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, tetapi juga membuka jalan bagi tatanan dunia multipolar, di mana dominasi dolar AS tidak lagi menjadi satu-satunya kekuatan.
Kebijakan ini juga berpotensi menggeser pusat kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur, dengan memperkuat kerja sama dan dukungan finansial antarnegara berkembang. Sebagai contoh nyata, Kota Qingdao di China baru-baru ini menerima pinjaman sebesar 3,237 miliar yuan dari NDB untuk proyek pembangunan jalur metro, menunjukkan implementasi kebijakan tersebut.
Baca Juga: Trump Kecam Eropa dan PBB: Negara-negara Kalian akan Hancur
Penyaluran pinjaman dalam mata uang lokal menawarkan keuntungan ganda, baik bagi bank BRICS maupun negara peminjam. Mekanisme ini secara signifikan menekan biaya nilai tukar asing, yang berpotensi menghemat jutaan dolar dalam prosesnya. Selain itu, dengan meminjam dalam mata uang lokal, negara-negara berkembang dapat menyelaraskan diri dengan agenda besar BRICS dan memperkuat posisi mereka dalam forum-forum internasional.
Langkah NDB ini berpotensi mengubah cara pinjaman global disalurkan dan diterima di masa depan. Sejak tahun 2022, aliansi BRICS telah menjadi garda terdepan dalam mendorong dedolarisasi secara masif. Tren ini mengisyaratkan era baru dalam sistem keuangan global, di mana mata uang lokal semakin memainkan peran sentral.
Penyaluran pinjaman ini menyoroti pergeseran signifikan dalam lanskap keuangan global. Sebagian besar dana disalurkan ke negara-negara di Afrika, serta beberapa negara di Asia seperti Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka.
Baca Juga: Kejayaan Dolar AS Terkikis, Yuan China Kian Mencuri Perhatian Global
Menariknya, pinjaman tersebut mayoritas diberikan dalam mata uang lokal, seperti yuan China, dengan skema pembayaran kembali menggunakan mata uang yang sama. Kebijakan tersebut secara efektif mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Presiden Bank BRICS, Dilma Rousseff, menegaskan komitmen NDB untuk meningkatkan porsi pinjaman dalam mata uang lokal. "Target kami adalah mencapai 30 persen pinjaman dalam mata uang lokal pada tahun 2026," ujar Rousseff dikutip dari Watcher Guru, Rabu (23/9).
Langkah tersebut tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, tetapi juga membuka jalan bagi tatanan dunia multipolar, di mana dominasi dolar AS tidak lagi menjadi satu-satunya kekuatan.
Kebijakan ini juga berpotensi menggeser pusat kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur, dengan memperkuat kerja sama dan dukungan finansial antarnegara berkembang. Sebagai contoh nyata, Kota Qingdao di China baru-baru ini menerima pinjaman sebesar 3,237 miliar yuan dari NDB untuk proyek pembangunan jalur metro, menunjukkan implementasi kebijakan tersebut.
Baca Juga: Trump Kecam Eropa dan PBB: Negara-negara Kalian akan Hancur
Penyaluran pinjaman dalam mata uang lokal menawarkan keuntungan ganda, baik bagi bank BRICS maupun negara peminjam. Mekanisme ini secara signifikan menekan biaya nilai tukar asing, yang berpotensi menghemat jutaan dolar dalam prosesnya. Selain itu, dengan meminjam dalam mata uang lokal, negara-negara berkembang dapat menyelaraskan diri dengan agenda besar BRICS dan memperkuat posisi mereka dalam forum-forum internasional.
Langkah NDB ini berpotensi mengubah cara pinjaman global disalurkan dan diterima di masa depan. Sejak tahun 2022, aliansi BRICS telah menjadi garda terdepan dalam mendorong dedolarisasi secara masif. Tren ini mengisyaratkan era baru dalam sistem keuangan global, di mana mata uang lokal semakin memainkan peran sentral.
(nng)