AS Pertimbangkan Pasok Rudal Tomahawk ke Ukraina, Perang Melawan Rusia Makin Panas / SindoNews
2 min read
Dunia Internasional, Konflik Rusia Ukraina,
AS Pertimbangkan Pasok Rudal Tomahawk ke Ukraina, Perang Melawan Rusia Makin Panas
Senin, 29 September 2025 - 07:55 WIB
Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk memasok rudal Tomahawk ke Ukraina, yang akan membuat perang melawan Rusia semakin memanas. Foto/APDR
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk menyediakan rudal jarak jauh Tomahawk untuk Ukraina. Upaya ini akan membuat perang Ukraina melawan Rusia semakin memanas.
"Gedung Putih sedang mempertimbangkan hal tersebut," ungkap Wakil Presiden AS JD Vance kepada Fox News, Minggu (28/9/2025).
Sebelumnya, beberapa media Barat, termasuk Wall Street Journal (WSJ) dan The Telegraph, melaporkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara khusus meminta rudal tersebut dari AS dalam pertemuannya dengan Trump di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pekan lalu.
Baca Juga: Ukraina Minta Rudal Jelajah Tomahawk kepada AS, Ini Respons Rusia
Menurut laporan WSJ, Trump tidak menentang gagasan tersebut dan juga terbuka untuk mencabut pembatasan penggunaan senjata buatan AS oleh Kyiv dalam serangan jauh ke wilayah Rusia, tetapi tidak membuat komitmen khusus apa pun selama pertemuan tersebut.
Presiden Trump sebelumnya menentang pemberian rudal Tomahawk kepada Ukraina, menurut laporan Axios.
"Kami tentu saja sedang mempertimbangkannya," ujar Vance ketika ditanya apakah Washington mempertimbangkan untuk menjual rudal tersebut kepada anggota NATO lainnya agar dapat diserahkan kepada Kyiv.
Ketika didesak lebih lanjut mengenai potensi eskalasi yang dapat terjadi setelah langkah tersebut, Vance mengatakan bahwa Trump pada akhirnya akan menentukan tindakan Washington.
Utusan khusus presiden AS, Keith Kellogg, yang juga berbicara kepada Fox News pada hari Minggu, mengatakan bahwa "keputusan belum dibuat" sambil mengonfirmasi bahwa Zelensky memang meminta rudal Tomahawk kepada Trump.
Rudal tersebut memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer dan dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Moskow sebelumnya telah berulang kali memperingatkan bahwa pasokan senjata Barat ke Kyiv tidak akan mengubah situasi di garis depan dan hanya akan berisiko memicu eskalasi lebih lanjut, yang berpotensi menyebabkan konflik langsung antara Rusia dan NATO.
Pada November 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa konflik regional di Ukraina yang diprovokasi oleh Barat telah mengambil unsur-unsur yang bersifat global, dan memperingatkan akan adanya reaksi balik jika ketegangan terus meningkat.
Pernyataan Putin tersebut muncul setelah Kyiv melancarkan beberapa serangan menggunakan sistem ATACMS dan HIMARS buatan AS, serta rudal Storm Shadow buatan Inggris, jauh ke dalam wilayah Rusia setelah menerima lampu hijau dari para pendukung Barat-nya.
Kremlin kemudian juga memperingatkan bahwa "keputusan sembrono" negara-negara Barat yang memasok rudal jarak jauh ke Ukraina tidak dapat dibiarkan begitu saja.
"Gedung Putih sedang mempertimbangkan hal tersebut," ungkap Wakil Presiden AS JD Vance kepada Fox News, Minggu (28/9/2025).
Sebelumnya, beberapa media Barat, termasuk Wall Street Journal (WSJ) dan The Telegraph, melaporkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara khusus meminta rudal tersebut dari AS dalam pertemuannya dengan Trump di sela-sela Sidang Umum PBB di New York pekan lalu.
Baca Juga: Ukraina Minta Rudal Jelajah Tomahawk kepada AS, Ini Respons Rusia
Menurut laporan WSJ, Trump tidak menentang gagasan tersebut dan juga terbuka untuk mencabut pembatasan penggunaan senjata buatan AS oleh Kyiv dalam serangan jauh ke wilayah Rusia, tetapi tidak membuat komitmen khusus apa pun selama pertemuan tersebut.
Presiden Trump sebelumnya menentang pemberian rudal Tomahawk kepada Ukraina, menurut laporan Axios.
"Kami tentu saja sedang mempertimbangkannya," ujar Vance ketika ditanya apakah Washington mempertimbangkan untuk menjual rudal tersebut kepada anggota NATO lainnya agar dapat diserahkan kepada Kyiv.
Ketika didesak lebih lanjut mengenai potensi eskalasi yang dapat terjadi setelah langkah tersebut, Vance mengatakan bahwa Trump pada akhirnya akan menentukan tindakan Washington.
Utusan khusus presiden AS, Keith Kellogg, yang juga berbicara kepada Fox News pada hari Minggu, mengatakan bahwa "keputusan belum dibuat" sambil mengonfirmasi bahwa Zelensky memang meminta rudal Tomahawk kepada Trump.
Rudal tersebut memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer dan dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Moskow sebelumnya telah berulang kali memperingatkan bahwa pasokan senjata Barat ke Kyiv tidak akan mengubah situasi di garis depan dan hanya akan berisiko memicu eskalasi lebih lanjut, yang berpotensi menyebabkan konflik langsung antara Rusia dan NATO.
Pada November 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa konflik regional di Ukraina yang diprovokasi oleh Barat telah mengambil unsur-unsur yang bersifat global, dan memperingatkan akan adanya reaksi balik jika ketegangan terus meningkat.
Pernyataan Putin tersebut muncul setelah Kyiv melancarkan beberapa serangan menggunakan sistem ATACMS dan HIMARS buatan AS, serta rudal Storm Shadow buatan Inggris, jauh ke dalam wilayah Rusia setelah menerima lampu hijau dari para pendukung Barat-nya.
Kremlin kemudian juga memperingatkan bahwa "keputusan sembrono" negara-negara Barat yang memasok rudal jarak jauh ke Ukraina tidak dapat dibiarkan begitu saja.
(mas)