Tantang Trump, India Pamer Rudal Nuklir Agni-5 Jelang Kenaikan Tarif Impor AS - Halaman all - TribunNews
Dunia Internasional,
Tantang Trump, India Pamer Rudal Nuklir Agni-5 Jelang Kenaikan Tarif Impor AS - Halaman all - TribunNews
TRIBUNNEWS.COM – India pamer keberhasilan para militer saat peluncuran uji coba rudal balistik jarak menengah Agni-5 yang mampu membawa banyak hulu ledak nuklir.
Rudal Agni-5 adalah rudal balistik antarbenua (ICBM) buatan India yang dikembangkan oleh Defence Research and Development Organisation (DRDO) lembaga penelitian dan pengembangan militer milik pemerintah India.
Rudal ini digadang sebagai senjata paling mematikan yang pernah dimiliki India karena mampu membawa hulu ledak nuklir dengan daya hancur besar serta menjangkau ribuan kilometer.
Mengutip laporan Dawn, Rudal Agni-5 diluncurkan dari fasilitas uji coba di negara bagian Odisha, India timur pada Rabu (20/8/2025).
Uji coba ini dilakukan hanya sepekan sebelum Washington resmi menggandakan tarif impor produk India, dari 25 persen menjadi 50 persen, buntut tindakan India yang nekat mengimpor minyak dan senjata dari Rusia.
Washington menilai bahwa pembelian minyak Rusia oleh India menyalahi upaya global untuk mengisolasi Moskow.
Alasan tersebut mendorong pemerintah AS di bawah kepemimpinan Donald Trump untuk menjatuhkan kenaikan tarif impor produk India menjadi 50 persen mulai 27 Agustus mendatang.
Kendati kenaikan impor AS berpotensi memukul perekonomian India, memicu inflasi dan mengancam nasib tenaga kerja, namun hal tersebut tak membuat India mundur.
Justru di tengah ancaman kenaikan tarif, India menggenjot peluncuran uji coba Rudal Nuklir Agni-5.
Dalam keterangan resmi, pemerintah New Delhi menyebut peluncuran ini sebagai validasi atas kemampuan pertahanan strategis India di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Baca juga: Keyakinan Herry IP di Kejuaraan Dunia BWF 2025 saat Wakil China & India Goyah
Hal senada juga diungkap Perdana Menteri Narendra Modi, mengatakan dalam menghadapi tarif AS, India mengupayakan kemandirian energi dan pengembangan sistem pertahanannya sendiri.
Dengan menampilkan kekuatan nuklirnya, India ingin menegaskan bahwa kebijakan luar negerinya tetap independen, termasuk keputusan tetap membeli minyak dari Rusia meski dikecam Barat.
Mengingat rudal Agni-5 dianggap sebagai salah satu tulang punggung kekuatan strategis India, dilengkapi teknologi MIRV (Multiple Independently Targetable Reentry Vehicle) memungkinkan satu rudal membawa beberapa hulu ledak nuklir dan menyerang target berbeda secara bersamaan.
India Merapat ke China
Pasca Trump menjatuhkan kenaikan tarif yang tinggi, hubungan diplomatik AS–India yang sebelumnya dipandang sebagai mitra strategis di Indo-Pasifik kini mulai merenggang.
Namun di tengah memburuknya hubungan dagang antara India dan Amerika Serikat, PM Narendra Modi justru mulai merapatkan barisan ke China.
Isu ini diperkuat dengan munculnya laporan yang menyebut PM Modi akan melakukan kunjungan ke Tiongkok pada pada 31 Agustus hingga 1 September 2025.
Menurut laporan media lokal China SCMP, Modi dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang akan digelar di Tianjin, China.
Ini akan menjadi kunjungan pertama Modi ke Tiongkok dalam tujuh tahun terakhir, sekaligus peluang pertemuan langsung dengan Presiden Xi Jinping, pertemuan yang dinilai krusial di tengah dinamika global yang berubah cepat.
Mengingat beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2020 silam hubungan China dan India sempat membeku akibat konflik perbatasan berdarah di Lembah Galwan.
Namun seiring berjalannya waktu hubungan keduanya kembali harmonis, pemerintah China menilai kunjungan Modi sebagai bukti bahwa India kini mulai menyadari pentingnya kerja sama regional yang setara, terutama dalam menghadapi tekanan dari kekuatan luar seperti Amerika Serikat.
Sejumlah analis Tiongkok melihat langkah India ini sebagai indikasi perubahan arah diplomatik yang mulai meninggalkan pendekatan pro-Barat yang terlalu dominan.
Dalam konteks ini, kunjungan Modi ke China dinilai sebagai langkah diplomasi penyeimbang.
India Bersekutu dengan Brasil
Tak hanya merapatkan barisan ke China belakangan India juga turut bersekutu dengan pemerintah Brasil untuk membalas manuver Trump.
Bahkan beberapa waktu lalu dua pemimpin negara ekonomi besar, Narendra Modi dari India dan Luiz Inacio “Lula” da Silva dari Brasil melakukan percakapan penting via telepon untuk membahas skenario ekonomi internasional dan penerapan tarif sepihak.
Merespon ancaman tersebut India-Brasil sekapat merapatkan barisan, membalas manuver AS dengan cara meningkatkan perdagangan 20 miliar dolar per tahun pada 2030, naik tajam dari volume tahun lalu yang hanya 12 miliar dolar.
Tak hanya itu, India dan Brasil juga berkomitmen memperluas cakupan perjanjian perdagangan preferensial (PTA) antara India dan Mercosur, blok perdagangan negara-negara Amerika Selatan.
Adapun perjanjian PTA adalah kesepakatan antara dua atau lebih negara yang memberikan perlakuan istimewa, seperti pengurangan tarif, untuk barang dan jasa tertentu yang diperdagangkan di antara India dan Brasil.
Sebagai bentuk keseriusan mempererat hubungan bilateral, Presiden Lula juga mengkonfirmasi rencananya melakukan kunjungan kenegaraan ke India pada awal 2026.
Kunjungan ini akan menjadi momen penting untuk merumuskan peta jalan kerja sama jangka panjang antara dua negara berkembang utama di tengah dinamika ekonomi global yang makin kompleks.
(Tribunnews.com/Namira)