Sisi Ungkap Ada 5.000 Truk Bantuan di Mesir, Tak Akan Buka Gerbang untuk Pengungsian Warga Palestina | SINDONEWS
Dunia Internasional ,
Sisi Ungkap Ada 5.000 Truk Bantuan di Mesir, Tak Akan Buka Gerbang untuk Pengungsian Warga Palestina | Halaman Lengkap

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. Foto/wikimedia
- Warga Palestina di Gaza menghadapi “genosida sistematis” karena Israel bertujuan membuat penduduknya kelaparan dan melenyapkan perjuangan mereka. Pernyataan itu diungkap Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada hari Selasa (5/8/2025).
“Perang di Gaza bukan lagi perang untuk mencapai tujuan politik atau mengamankan pembebasan sandera. Ini telah menjadi perang kelaparan, genosida, dan pemusnahan perjuangan Palestina,” ujar Sisi dalam konferensi pers di Kairo bersama Presiden Vietnam Luong Quang, lapor kantor berita Anadolu.
Ia menekankan warga Palestina di Gaza menghadapi “genosida sistematis,” dan menambahkan Mesir “tidak akan menjadi pintu gerbang bagi pengungsian rakyat Palestina.”
Pemimpin Mesir tersebut menyoroti lebih dari 5.000 truk bantuan berada di wilayah Mesir, siap memasuki Gaza.
“Sejarah akan meminta pertanggungjawaban banyak negara atas sikap mereka terhadap perang di Gaza, dan hati nurani manusia global tidak akan tinggal diam lama-lama,” ujar dia.
Komentar Sisi muncul di tengah blokade ketat Israel yang telah membuat 2,4 juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
Protes di Kedutaan Besar Mesir
Dalam beberapa hari terakhir, para aktivis menargetkan kedutaan besar Mesir di berbagai negara, mendesak pemerintah membuka perbatasan Rafah dengan Gaza.
Di Belanda bulan lalu, seorang warga Mesir berusia 27 tahun, Anas Habib, mengunci gerbang kedutaan besar Mesir dengan rantai logam sebagai aksi protes simbolis.
“Itu adalah seruan hati nurani,” ungkap Habib dalam siaran langsung. “Jika Rafah ditutup untuk obat-obatan dan anak-anak, maka gedung-gedung diplomatik yang selama ini diam juga harus ditutup.”
Sejak itu, kedutaan-kedutaan besar Mesir lainnya menjadi sasaran di tempat lain, termasuk di Norwegia, London, dan Pretoria.
Pada bulan Juni, otoritas Mesir menahan dan mendeportasi puluhan aktivis yang tiba di negara itu untuk berpartisipasi dalam Global March to Gaza, yang bertujuan mematahkan blokade Israel di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Ratusan aktivis dicegah berbaris ke perbatasan Gaza, beberapa di antaranya dipukuli.
Kematian Akibat Kelaparan
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 188 orang, termasuk 94 anak-anak, telah meninggal dunia akibat kelaparan dan malnutrisi sejak Oktober 2023.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan pada hari Senin bahwa Israel hanya mengizinkan masuknya 674 truk bantuan sejak 27 Juli – hanya 14% dari kebutuhan minimum harian Jalur Gaza yang mencapai 600 truk.
Kementerian Kesehatan mengatakan 1.568 pencari bantuan telah tewas dan 11.230 lainnya terluka akibat tembakan Israel di dekat pusat distribusi bantuan yang dikelola AS di Gaza sejak 27 Mei.
Skema bantuan yang dirancang Israel ini telah banyak dikritik karena tidak efektif serta menjadi "jebakan maut" bagi warga sipil yang kelaparan.
Lebih dari 61.000 Orang Tewas
Sejak Israel mengingkari gencatan senjata pada 18 Maret, ribuan warga Palestina telah tewas dan terluka di seluruh Jalur Gaza akibat pemboman udara berdarah yang terus-menerus.
Pada 7 Oktober 2023, setelah operasi Perlawanan Palestina di Israel selatan, militer Israel melancarkan perang genosida terhadap warga Palestina, menewaskan lebih dari 61.000 orang, melukai lebih dari 147.000 orang, dan lebih dari 14.000 orang masih hilang.
Baca juga: Inggris Tegaskan Dukungan untuk Negara Palestina Sesuai Perbatasan 1967
(sya)