Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat Dunia Internasional Featured

    Presiden Negara Ini Jadi Buron AS, Informasi Keberadaannya Dihargai Rp 815 Miliar - Kompas

    5 min read

      Dunia Internasional, 

    Presiden Negara Ini Jadi Buron AS, Informasi Keberadaannya Dihargai Rp 815 Miliar

    CARACAS, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menggandakan hadiah untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Presiden Venezuela Nicolas Maduro menjadi 50 juta dollar AS, atau sekitar Rp 815 miliar, pada Kamis (7/8/2025).

    Maduro menjadi presiden negara berdaulat yang menjadi buron Pemerintah AS. Dia dituduh sebagai salah satu pengedar narkotika terbesar di dunia, sebagaimana dilansir AFP.

    "Hari ini, Kementerian Kehakiman dan Kementerian Luar Negeri mengumumkan hadiah bersejarah sebesar 50 juta dollar AS untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Nicolas Maduro," kata Jaksa Agung Pam Bondi dalam sebuah video di media sosial.

    "Dia adalah salah satu pengedar narkoba terbesar di dunia dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional kita," lanjut Bondi.

    Presiden Prabowo Dukung MotoGP Kembali di Mandalika

    Sebelumnya, pada Januari 2025, hadiah untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro berjumlah 25 juta dollar AS atau sekitar Rp 407 miliar.

    Baca juga: Krisis Ekonomi Venezuela: Warga Tetap Berjuang di Tengah Kegelapan

    Dituduh sebagai kartel

    Pada 2020, di masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, Maduro dan sejumlah pejabat tinggi Venezuela didakwa di pengadilan federal New York atas tuduhan berpartisipasi dalam konspirasi "narko-terorisme".

    Kementerian Kehakiman AS menuduh Maduro memimpin sindikat penyelundupan kokain bernama Kartel Matahari.

    Melalui kartel tersebut, dia dituding mengirim ratusan ton narkotika ke AS selama dua dekade dan menghasilkan ratusan juta dollar AS.

    Menurut penyelidik, kartel tersebut bekerja sama dengan kelompok pemberontak Kolombia, FARC, yang dikategorikan AS sebagai organisasi teroris. 

    Bondi menambahkan bahwa Maduro juga pernah bekerja sama dengan geng Venezuela bernama Tren de Aragua dan kartel narkoba Sinaloa asal Meksiko.

    Baca juga: Venezuela Umumkan Darurat Ekonomi, Warga Hadapi Krisis Berkepanjangan

    Badan Penegakan Narkoba AS atau DEA mengklaim telah menyita 30 ton kokain yang terkait dengan Maduro dan rekan-rekannya, termasuk hampir tujuh ton yang diduga berhubungan langsung dengan Maduro.

    Pemerintah AS juga menyita aset senilai lebih dari 700 juta dollar AS yang terkait dengan Maduro, termasuk dua pesawat milik pemerintah Venezuela, sejak September 2024.

    "Namun, rezim teror Maduro terus berlanjut. Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, Maduro tidak akan lolos dari keadilan dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatannya yang keji," ujar Bondi.

    Di sisi lain, Pemerintah Venezuela mengecam keras langkah AS tersebut. Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil menyebut hadiah yang yang ditawarkan AS tersebut menyedihkan,

    "Martabat tanah air kami tidak untuk dijual. Kami menolak operasi propaganda politik yang kasar ini," ujar Gil melalui Telegram.

    Baca juga: Trump Ancam Tarif Impor 25 Persen bagi Negara Pembeli Migas Venezuela

    Ancaman hukuman

    Gambar yang dirilis Kantor Kepresidenan Venezuela menunjukkan Presiden Nicolas Maduro berbicara dalam pertemuan dengan petinggi Angkatan Bersenjata Nasional Bolivar (FANB) di Miraflores, Istana Presiden di Caracas, pada 4 Mei 2020. Jaksa Agung Tarek William Saab mengklaim, dua warga AS ditangkap karena berusaha melancarkan kudeta menggulingkan Maduro.

    Lihat Foto

    Maduro, mantan sopir bus dan anggota serikat pekerja, terancam hukuman penjara seumur hidup jika diadili dan terbukti bersalah di AS.

    Saat dakwaan diumumkan pada 2020, Maduro menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya palsu dan fitnah.

    Pada Juni 2025, mantan kepala intelijen Venezuela Hugo Armando Carvajal mengaku bersalah atas tuduhan perdagangan narkoba di AS.

    Menurut Miami Herald, Carvajal menawarkan dokumen dan kesaksian yang dapat melibatkan Maduro kepada otoritas AS.

    Hubungan kedua negara telah memburuk selama bertahun-tahun. AS tidak mengakui Maduro, yang pertama kali menjabat pada 2013, sebagai presiden sah sejak pemilihan presiden (pilpres) 2018.

    Baca juga: AS Deportasi 200 Lebih Anggota Geng Venezuela

    Dalam pilpres Venezuela pada 28 Juli 2024, AS menuduh Maduro curang karena menyatakan diri sebagai pemenang meski ada bukti sebaliknya.

    AS bersama sejumlah negara menolak mengakui hasil tersebut dan telah menjatuhkan berbagai sanksi ekonomi terhadap pemerintahan Maduro.

    Sementara itu, Caracas berulang kali menuduh AS melakukan campur tangan dalam urusan dalam negeri Venezuela.

    Baru-baru ini, Menteri Dalam Negeri Venezuela Diosdado Cabello mengumumkan bahwa aparat keamanan berhasil menggagalkan serangan bom di kawasan komersial ibu kota, Caracas.

    Seperti dalam kasus sebelumnya, Cabello menuding AS dan oposisi Venezuela berada di balik upaya serangan tersebut.

    Baca juga: AS Sita Pesawat Kepresidenan Venezuela, Sebut Dibeli Ilegal

    Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!
    Komentar
    Additional JS