Dunia Internasional , Korea Utara Diam-diam Punya Pangkalan Rudal Balistik di Dekat China - Halaman all - TribunNews TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara kembali menjadi sorotan dunia setelah muncul laporan tentang pembangunan pangkalan militer rahasia di wilayah Sinpung-dong, hanya sekitar 27 kilometer dari perbatasannya dengan China. Pangkalan ini disebut sangat strategis karena diduga akan menjadi rumah bagi rudal balistik antarbenua (ICBM) berkemampuan nuklir yang bisa mengancam Asia Timur hingga daratan Amerika Serikat. Laporan ini pertama kali dipublikasikan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga kajian kebijakan luar negeri yang berbasis di Washington, Amerika Serikat. CSIS, yang berdiri sejak 1962, dikenal luas karena analisisnya kerap memengaruhi arah kebijakan pemerintah AS. Dalam laporannya yang terbit pada 20 Agustus 2025, CSIS menyebut pangkalan di Sinpung-dong kemungkinan dapat menampung enam hingga sembilan ICBM lengkap dengan peluncurnya. CSIS menjelaskan fasilitas ini adalah salah satu dari 15 hingga 20 pangkalan rudal rahasia milik Korea Utara yang tidak pernah diumumkan kepada dunia. Pangkalan-pangkalan tersebut juga tidak pernah dibahas dalam negosiasi denuklirisasi antara Washington dan Pyongyang. Analisis mereka menambahkan, dalam situasi krisis atau perang, rudal-rudal itu bisa dipindahkan keluar pangkalan dan diluncurkan dari lokasi lain, sehingga jauh lebih sulit dideteksi oleh musuh. Keberadaan pangkalan ini menunjukkan bagaimana Korea Utara terus memperkuat strategi rudal balistik dan kemampuan serangan nuklirnya. Sejak pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Hanoi pada 2019 berakhir tanpa kesepakatan, Pyongyang semakin gencar mengembangkan program nuklir. Kim Jong Un bahkan secara terbuka menyerukan percepatan ekspansi nuklir dan menegaskan negaranya tidak akan pernah melepaskan statusnya sebagai kekuatan nuklir. Baca juga: Putin Surati Kim Jong Un, Puji Pasukan Korea Utara yang Heroik Berperang di Ukraina Situasi ini semakin rumit setelah invasi Rusia ke Ukraina karena hubungan Korea Utara dan Rusia justru semakin dekat. Pada 2024, intelijen Korea Selatan dan Barat melaporkan Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara ke Rusia, khususnya ke wilayah Kursk, seperti dilaporkan The Guardian. Tidak hanya pasukan, Korea Utara juga memasok peluru artileri, rudal, dan sistem roket jarak jauh. Sebagai gantinya, Rusia diduga memberikan bantuan teknologi luar angkasa dan satelit canggih kepada Korea Utara. Para analis menilai, kerja sama ini berbahaya karena teknologi peluncur satelit dan ICBM memiliki banyak kesamaan. Artinya, semakin canggih teknologi luar angkasa yang diterima Korea Utara, semakin cepat pula kemampuan rudal balistik jarak jauhnya berkembang. Kesimpulannya, pangkalan rudal di Sinpung-dong hanyalah bagian kecil dari strategi besar Korea Utara. Dengan fasilitas rahasia seperti ini, ditambah hubungan erat dengan Rusia, Pyongyang semakin menunjukkan tekadnya untuk mempertahankan—bahkan memperkuat—posisinya sebagai negara nuklir. Situasi ini tentu menambah kekhawatiran bagi kawasan Asia Timur dan Amerika Serikat, yang kini harus menghadapi ancaman nyata dari senjata nuklir Korea Utara. Jumlah Pangkalan Rudal Korea Utara dan Riwayat Uji Coba Rudal Meskipun Korea Utara secara terbuka memamerkan rudal dan infrastruktur militernya melalui media resmi seperti KCNA, jumlah pangkalan rudal yang benar-benar "diakui secara resmi" oleh pemerintah Pyongyang sangat terbatas. Banyak fasilitas rahasia tetap tidak disebutkan dalam laporan publik atau negosiasi diplomatik. Ada pun lokasi yang pernah dipublikasikan secara resmi oleh pemerintah Korea Utara yaitu Sakkanmol Missile Operating Base di Provinsi North Hwanghae, Tonghae (Musudan-ri) Satellite Launching Ground, dan Panghyŏn-dong, sebuah kawasan eksklusif milik Pyongyang, di mana Korea Utara melakukan peluncuran perdananya untuk rudal Hwasong-14 pada 2017. Pada masa pemerintahan Kim Il-sung tahun 1984–1994, Korea Utara melakukan 17 kali uji coba rudal, sebagian besar dari situs Tonghae (Musudan-ri), termasuk sistem SCUD versi Hwasong-5, Hwasong-6, dan Nodong-1. Pada 1994, mereka juga menguji rudal jelajah KN-01. Ketika anaknya, Kim Jong-il, menggantikannya pada 1994-2011, aktivitas uji coba sempat melambat. Antara 1994 hingga 2002 hanya satu uji coba dilakukan—peluncuran prototipe Taepodong-1 pada 1998. Namun, pada periode 2003–2009 terjadi lonjakan: 43 uji coba berbagai rudal balistik dan rudal jelajah, termasuk Taepodong-2 yang kemudian dikembangkan menjadi roket Unha-3. Kemudian pada masa pemerintahan Kim Jong Un sejak 2012, Arms Control Center mencatat Korea Utara melakukan uji coba rudal secara masif. Dari 2012 hingga 2024, jumlah uji coba yang dilakukan mencapai lebih dari 220. Angka ini semakin bertambah jika termasuk peluncuran satelit yang menggunakan roket berbasis rudal balistik. (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Dunia Internasional ,
Korea Utara Diam-diam Punya Pangkalan Rudal Balistik di Dekat China - Halaman all - TribunNews
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara kembali menjadi sorotan dunia setelah muncul laporan tentang pembangunan pangkalan militer rahasia di wilayah Sinpung-dong, hanya sekitar 27 kilometer dari perbatasannya dengan China.
Pangkalan ini disebut sangat strategis karena diduga akan menjadi rumah bagi rudal balistik antarbenua (ICBM) berkemampuan nuklir yang bisa mengancam Asia Timur hingga daratan Amerika Serikat.
Laporan ini pertama kali dipublikasikan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS), sebuah lembaga kajian kebijakan luar negeri yang berbasis di Washington, Amerika Serikat.
CSIS, yang berdiri sejak 1962, dikenal luas karena analisisnya kerap memengaruhi arah kebijakan pemerintah AS.
Dalam laporannya yang terbit pada 20 Agustus 2025, CSIS menyebut pangkalan di Sinpung-dong kemungkinan dapat menampung enam hingga sembilan ICBM lengkap dengan peluncurnya.
CSIS menjelaskan fasilitas ini adalah salah satu dari 15 hingga 20 pangkalan rudal rahasia milik Korea Utara yang tidak pernah diumumkan kepada dunia.
Pangkalan-pangkalan tersebut juga tidak pernah dibahas dalam negosiasi denuklirisasi antara Washington dan Pyongyang.
Analisis mereka menambahkan, dalam situasi krisis atau perang, rudal-rudal itu bisa dipindahkan keluar pangkalan dan diluncurkan dari lokasi lain, sehingga jauh lebih sulit dideteksi oleh musuh.
Keberadaan pangkalan ini menunjukkan bagaimana Korea Utara terus memperkuat strategi rudal balistik dan kemampuan serangan nuklirnya.
Sejak pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Hanoi pada 2019 berakhir tanpa kesepakatan, Pyongyang semakin gencar mengembangkan program nuklir.
Kim Jong Un bahkan secara terbuka menyerukan percepatan ekspansi nuklir dan menegaskan negaranya tidak akan pernah melepaskan statusnya sebagai kekuatan nuklir.
Baca juga: Putin Surati Kim Jong Un, Puji Pasukan Korea Utara yang Heroik Berperang di Ukraina
Situasi ini semakin rumit setelah invasi Rusia ke Ukraina karena hubungan Korea Utara dan Rusia justru semakin dekat.
Pada 2024, intelijen Korea Selatan dan Barat melaporkan Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara ke Rusia, khususnya ke wilayah Kursk, seperti dilaporkan The Guardian.
Tidak hanya pasukan, Korea Utara juga memasok peluru artileri, rudal, dan sistem roket jarak jauh.
Sebagai gantinya, Rusia diduga memberikan bantuan teknologi luar angkasa dan satelit canggih kepada Korea Utara.
Para analis menilai, kerja sama ini berbahaya karena teknologi peluncur satelit dan ICBM memiliki banyak kesamaan.
Artinya, semakin canggih teknologi luar angkasa yang diterima Korea Utara, semakin cepat pula kemampuan rudal balistik jarak jauhnya berkembang.
Kesimpulannya, pangkalan rudal di Sinpung-dong hanyalah bagian kecil dari strategi besar Korea Utara.
Dengan fasilitas rahasia seperti ini, ditambah hubungan erat dengan Rusia, Pyongyang semakin menunjukkan tekadnya untuk mempertahankan—bahkan memperkuat—posisinya sebagai negara nuklir.
Situasi ini tentu menambah kekhawatiran bagi kawasan Asia Timur dan Amerika Serikat, yang kini harus menghadapi ancaman nyata dari senjata nuklir Korea Utara.
Jumlah Pangkalan Rudal Korea Utara dan Riwayat Uji Coba Rudal
Meskipun Korea Utara secara terbuka memamerkan rudal dan infrastruktur militernya melalui media resmi seperti KCNA, jumlah pangkalan rudal yang benar-benar "diakui secara resmi" oleh pemerintah Pyongyang sangat terbatas.
Banyak fasilitas rahasia tetap tidak disebutkan dalam laporan publik atau negosiasi diplomatik.
Ada pun lokasi yang pernah dipublikasikan secara resmi oleh pemerintah Korea Utara yaitu Sakkanmol Missile Operating Base di Provinsi North Hwanghae, Tonghae (Musudan-ri) Satellite Launching Ground, dan Panghyŏn-dong, sebuah kawasan eksklusif milik Pyongyang, di mana Korea Utara melakukan peluncuran perdananya untuk rudal Hwasong-14 pada 2017.
Pada masa pemerintahan Kim Il-sung tahun 1984–1994, Korea Utara melakukan 17 kali uji coba rudal, sebagian besar dari situs Tonghae (Musudan-ri), termasuk sistem SCUD versi Hwasong-5, Hwasong-6, dan Nodong-1.
Pada 1994, mereka juga menguji rudal jelajah KN-01.
Ketika anaknya, Kim Jong-il, menggantikannya pada 1994-2011, aktivitas uji coba sempat melambat.
Antara 1994 hingga 2002 hanya satu uji coba dilakukan—peluncuran prototipe Taepodong-1 pada 1998.
Namun, pada periode 2003–2009 terjadi lonjakan: 43 uji coba berbagai rudal balistik dan rudal jelajah, termasuk Taepodong-2 yang kemudian dikembangkan menjadi roket Unha-3.
Kemudian pada masa pemerintahan Kim Jong Un sejak 2012, Arms Control Center mencatat Korea Utara melakukan uji coba rudal secara masif.
Dari 2012 hingga 2024, jumlah uji coba yang dilakukan mencapai lebih dari 220.
Angka ini semakin bertambah jika termasuk peluncuran satelit yang menggunakan roket berbasis rudal balistik.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)